• Opini

  • Kalender

    Januari 2008
    S S R K J S M
     123456
    78910111213
    14151617181920
    21222324252627
    28293031  
  • RSS Detik News

    • Sebuah galat telah terjadi; umpan tersebut kemungkinan sedang anjlok. Coba lagi nanti.
  • Arsip

Candi Laras Situs Purbakala Yang Termarginalkan

Penulis: Saidan Pahmi
Tulisan ini Pernah dimuat di harian Banjarmasin Post Tanggal 6 Juli 2005

Mungkin tidak banyak orang yang tahu tentang situs purbakala Candi Laras, apalagi menyempatkan diri untuk mengunjunginya. Hal ini memang disadari, karena situs purbakala Candi Laras terletak jauh dari ibukota kabupaten apalagi propinsi. Letaknya sekitar 30 kilometer dari Kota Rantau, tepatnya di sebuah desa di Margasari Kecamatan Candi Laras Selatan.

Secara fisik, bangunannya berupa sumur tua dan terdapat beberapa batang kayu ulin besar yang berumur ratusan tahun yang tertanam tidak jauh dari sumur tersebut. Lokasinya pun terletak di sebuah pematang yang dikelilingi persawahan warga sekitar. Selain itu, ada dua buah batu besar yang oleh warga sekitar disebut Batu Babi. Saat ini, benda sejarah tersebut disimpan di Museum Banjarbaru.

Situs purbakala Candi Laras ini diperkirakan dibangun pada 1300 Masehi oleh Jimutawahana, keturunan Dapunta Hyang dari kerajaan Sriwijaya. Jimutawahana inilah yang diperkirakan sebagai nenek moyang warga Tapin.

Kalau dilihat dari tahun berdirinya, sebenarnya Candi Laras lebih tua dari candi serupa yang ada di Amuntai yakni Candi Agung yang didirikan pada saat pemerintahan kerajaan Negara Dipa, 1350 Masehi.

Namun dari aspek pengelolaan aset sejarah, Candi Agung memiliki daya pesona yang menarik wisatawan ketimbang Candi Laras. Laiknya sebuah ladang yang tidak memiliki nilai historis, sehingga terlalu tendensius ketika situs purbakala Candi Laras ini dikatakan sebagai salah satu objek wisata sejarah di Kabupaten Tapin.

Untuk bisa sampai ke lokasi situs purbakala ini saja, pengunjung harus menggunakan sampan yang oleh warga sekitar disebut jukung atau dengan Kelotok. Sebab, tidak adanya jalan darat yang menghubungkan lokasi Candi Laras dengan desa sekitarnya. Meski sebenarnya, jarak antara situs purbakala ini dengan desa sekitar relatif dekat hanya sekitar satu kilometer.

Perbedaan Religiusitas

Sebenarnya tulisan ini hanya merupakan bentuk keprihatinan penulis (mohon maaf kalau terlalu emosional) sebagai warga yang terlahir di ‘tanah candi’ terhadap peninggalan sejarah umat Budha ini, dan tidak berupaya mengulas secara historis ilmiah tentang eksistensi situs purbakala Candi Laras tersebut.

Selama ini sekitar satu dasawarsa, sepengetahuan penulis belum ada komitmen yang visioner dari pemerintah daerah terhadap pelestarian aset sejarah ini. Alih-alih pemerintah propinsi yang jauh dari lokasi situs purbakala Candi Laras, ‘Sang Raja Tapin’ yang duduk tegar di singgasana pun seakan tidak pernah hirau pada pelestarian aset yang bernilai historis ini. Apalagi berniat mengelolanya sebagai objek wisata sejarah. Spirit untuk melestarikan aset sejarah ini sepertinya belum tertuang dalam sebuah komitmen yang praktis, sehingga belum ada strategi dan pola pengelolaan terhadap situs purbakala Candi Laras.

Bukan sebuah alasan yang bisa menjustifikasi, keengganan untuk melestarikan aset sejarah ini dikarenakan Candi Laras merupakan candi yang ditinggalkan oleh nenek moyang kita yang notabenenya beragama Budha atau Hindu. Maka, ketika saat ini kita tidak lagi menganut agama yang diyakini nenek moyang kita, semangat untuk melestarikan aset sejarah bernuansa agama yang berbeda tersebut menjadi pudar seiring transformasi kepercayaan (religiusitas) masyarakat yang notabene saat ini beragama Islam. Kalau hal ini menjadi mindset mayoritas warga, apalagi misalnya bagi petinggi daerah ini, betapa hal ini sangat memiriskan hati.

Kalau dibandingkan dengan bangsa India, misalnya, tentu hal ini menjadi potret yang antagonis. Karena, pada umumnya tempat yang menjadi lokasi wisata yang merupakan peninggalan sejarah tidak didasarkan pada kesamaan religiusitas. Seperti Taj Mahal dan sebagainya yang merupakan peninggalan sejarah agama Islam yang notabene berbeda dengan religiusitas mayoritas yang dianut masyarakat India saat ini, namun komitmen untuk melestarikan aset sejarah mereka terlihat begitu kuat.

Pendurhakaan Sejarah

Ada sebuah harapan yang terpatri di hati warga untuk melestarikan eksistensi situs purbakala ini, meski tidak didesain dalam bahasa verbal menjadi sebuah aspirasi yang harus disampaikan kepada petinggi daerah. Keinginan nonverbal ini, semestinya direspon sebagai sebuah landasan dalam mengelola dan membangun Tapin ke depan.

Komitmen yang visioner dan berwawasan historis, merupakan harapan nonverbal masyarakat sehingga mereduksi sangkaan bahwa petinggi daerah tidak memiliki selera pelestarian sejarah yang cenderung durhaka terhadap peninggalan nenek moyang sendiri.

Penisbahan ini tentunya sangat beralasan, karena sumber kekuatan finansial dan relasi kekuasaan terletak pada ‘Sang Raja’ dan koleganya sebagai pemegang amanah masyarakat. Meskipun tanggung jawab ini pada dasarnya bersifat kolektif, tetapi backing utamanya berada di pundak pepimpin. Dalam hal ini adalah pemerintah daerah.

Ramah Terhadap Sejarah Lokal

Dalam konteks lokal kekinian, arus desentralisasi dan otonomi daerah merupakan kesempatan yang amat berharga dalam mengelola dan mengembangkan daerah ke depan. Dengan semangat NKRI, pemerintah daerah harus berupaya mengembangkan daerahnya lebih maju tanpa mengorbankan kekhasan identitas dan jatidiri daerah masing-masing.

Dari awal perumusan konsep desentralisasi dan otonomi daerah, disadari betul bahwa sebuah keniscayaan ketika desentralisasi dan otonomi daerah betul-betul diimplementasikan akan membuka kran pluralitas jatidiri lokal dalam lingkup NKRI.

Bahkan sejarah terbentuknya republik ini pun, sebenarnya didasarkan pada kebhinnekaan yang dibungkus dalam keikaan. Meski dalam dinamika politik bangsa Indonesia, dari rezim yang satu ke rezim yang lain, kebhinnekaan mengalami pasang surut. Karena, selama kurang lebih tiga dasawarsa, pada saat orde baru kebhinnekaan dibunuh di atas altar keikaan.

Oleh karena itu, pada pascaorde baru ini kesadaran bahwa kita adalah bangsa yang majemuk mesti dipupuk dan dikembangkan kembali dalam menatap masa depan bangsa. Tentu saja bukan merupakan sesuatu yang tabu bahkan menjadi sebuah keharusan, paradigma pembangunan daerah harus ditata dan didesain dalam konteks kelokalan dan bertumpu pada identitas dan jatidiri lokal.

Namun pertanyaannya saat ini, apakah kesadaran ini sudah betul-betul masif dan menjadi spirit pemimpin di tingkat lokal, sehingga kesadaran untuk mengembangkan daerah bertumpu pada identitas dan jatidiri lokal benar-benar menjadi strategi pembangunan di daerah.

Dalam hal ini penulis sangsi, kesadaran ini telah tumbuh dan betul-betul menjadi salah satu misi pemimpin di tingkat lokal (mungkin tidak seluruhnya) yang terpola dalam strategi membangun daerah ke depan.

Hal ini tecermin dari komitmen miring pemimpin di daerah kita terhadap apresiasi aset sejarah, sebagai salah satu aset budaya pada zamannya. Padahal, sebenarnya aset sejarah seperti situs purbakala Candi Laras jelas merupakan salah satu identitas kelokalan di masa lampau dan harus dilestarikan.

Penulis berharap, tulisan ini mampu menggugah hati pemimpin daerah khususnya ‘Sang Raja’ dan koleganya yang ada di kampung halaman penulis. Semoga keprihatinan penulis sebagai putra yang lahir dan dibesarkan di ‘tanah candi’ mendapat respon positif, sehingga ada komitmen yang visioner terhadap pelestarian aset sejarah di Kabupaten Tapin. Dan, tidak hanya situs purbakala Candi Laras, tetapi aset sejarah dan budaya lainnya. Semoga.

20 Tanggapan

  1. Saya sangat prihatin akan hal ini, mengapa daerah yang kaya akan batu bara ini tidak sanggup melestarikan asset sejarah yang ada didaerahnya, kasihan sekali. Sebagai orang banjar saya sangat malu akan hal ini.

  2. iah, sayang banget yah pemerintah kab. tapin gak bisa memperhatikan asset sejah yang berharga kaya gini, padahal bila dikembangkan bisa jadi daya tarik yang istimewa bagi kab tapin.

  3. iih,,,,bujur jar ikam tu………..

  4. Assalamualaikum wr wb.. Sebelumnya ulun Perkenalkan ngaran ulun lawan andika. Ngaran ulun Muhammad Zainuddin,pernah Kuliah di salah satu Perguruan tinggi di Malang dan Kakawanan disana baisian Grub Kesenian Daerah banjar,ulun asli orang banua karna Abah ulun Asli blasteran Rantau wan Kandangan keturunan Pangeran Suryanata dan Mama ulun Asli orang Binjai Pamangkih (Barabai) keturunan Pangeran Taha dari Candi Agung Amuntai. Tapi ulun bagana di Kota Padi (Gambut). Nah itu lah Perkenalan singkat Ulun lawan Andika.. Ulun Salut banar lawan Andika Karna masih peduli lawan Hikayat Sejarah Kerajaan Banua kita yang Hampir kada tadangar lagi kisahnya (kadada lagi Buriniknya). JADI ULUN ADA SARAN LAWAN ANDIKA..? Saran ulun: mari kita Gali Bujur-bujur HIKAYAT SEJARAH KERAJAAN BANJAR mulai Pamulaan banar Yaitu Mulai Berdirinya Kerajaan NAN SARUNAI/SEMI SARUNAI Abad ke 2-3 Masehi di Sungai Asahan Tabalung Serta Kerajaan Kayangan dan Kerajaan Dalam Banyau mulai se Zaman Nabi NUH as sampai Nabi Sulaiman as dan sampai Nabi Haidir as,serta sampai Raja Keling keturunan India Kono sekarang Timor Tengah dan sampai Puteri Junjung Buih istri Pangeran Suryanata Kerajaan Nagara Dipa sampai Pangeran Samudera (Sultan Suriansyah)Kerajaan Nagara Daha sampai Sultan Mustaimbillah Kerajaan Kayu Tangi (Taluk silung Martapura) Sampai Sultan Sulaiman Abahnya Sultan Adam Kerajaan Karang Intan (Kab Banjar) dan sampai Sultan Tamjidillah II (Dua)anak selir yang gila kekuasaan hingga berhianat dan memihak pada Walanda(Belanda)karna handak banar jadi raja dan Karna Sultan Tamjidillah II(dua)lah yang berhianat Hingga Kerajaan MARTAPURA Jadi Musnah/Hapusnya Kerajaan Banjar yang dikenal dengan REVOLOSI KERAJAAN BANJAR Tahun 1905 oleh Tentara Belanda).. Nah kiranya itulah saran ulun.. Marilah Kita Sampaikan Yang Benar Walau Pun Pahit…!! Perlu kita ketahui Bahwa Hikayat Sejarah Kerajaan-kerajaan dan Sejarah Perjuangan Bangsa di Indonesia termasuk Hikayat Sejarah Kerajaan Banjar dan sejarah perjuangannya Telah ternodai dan didurhakai sebagian ditiadakan serta dirubah oleh oknom Pada Zaman Pemerintah ORDE LAMA dan ORDE BARU.karna kepentingan politiknya.. Nah kiranya itu yang ulun sampaikan dan Ulun banyak-banyak minta ampun dan maaf,minta minta halal,minta ikhlas dan minta ridha dunia akhirat kalau ada kata-kata ulun yang maulah hati wan parasaan Andika Hampian Sabarataan jadi kada nyaman.. Wasalamualaikum wr wb,,

  5. Assalamualaikum wr wb.. Sebelumnya ulun Perkenalkan ngaran ulun lawan andika. Ngaran ulun Muhammad Zainuddin,pernah Kuliah di salah satu Perguruan tinggi di Malang dan Kakawanan disana baisian Grub Kesenian Daerah banjar,ulun asli orang banua karna Abah ulun Asli blasteran Rantau wan Kandangan keturunan Pangeran Suryanata dan Mama ulun Asli orang Binjai Pamangkih (Barabai) keturunan Pangeran Taha dari Candi Agung Amuntai. Tapi ulun bagana di Kota Padi (Gambut). Nah itu lah Perkenalan singkat Ulun lawan Andika.. Ulun Salut banar lawan Andika Karna masih peduli lawan Hikayat Sejarah Kerajaan Banua kita yang Hampir kada tadangar lagi kisahnya (kadada lagi Buriniknya). JADI ULUN ADA SARAN LAWAN ANDIKA..? Saran ulun: mari kita Gali Bujur-bujur HIKAYAT SEJARAH KERAJAAN BANJAR mulai Pamulaan banar Yaitu Mulai Berdirinya Kerajaan NAN SARUNAI/SEMI SARUNAI Abad ke 2-3 Masehi di Sungai Asahan Tabalung Serta Kerajaan Kayangan dan Kerajaan Dalam Banyau mulai se Zaman Nabi NUH as sampai Nabi Sulaiman as dan sampai Nabi Haidir as,serta sampai Raja Keling keturunan India Kono sekarang Timor Tengah dan sampai Puteri Junjung Buih istri Pangeran Suryanata Kerajaan Nagara Dipa sampai Pangeran Samudera (Sultan Suriansyah)Kerajaan Nagara Daha sampai Sultan Mustaimbillah Kerajaan Kayu Tangi (Taluk silung Martapura) Sampai Sultan Sulaiman Abahnya Sultan Adam Kerajaan Karang Intan (Kab Banjar) dan sampai Sultan Tamjidillah II (Dua)anak selir yang gila kekuasaan hingga berhianat dan memihak pada Walanda(Belanda)karna handak banar jadi raja dan Karna Sultan Tamjidillah II(dua)lah yang berhianat Hingga Kerajaan MARTAPURA Jadi Musnah/Hapusnya Kerajaan Banjar yang dikenal dengan REVOLOSI KERAJAAN BANJAR Tahun 1905 oleh Tentara Belanda).. Nah kiranya itulah saran ulun.. Marilah Kita Sampaikan Yang Benar Walau Pun Pahit…!! Perlu kita ketahui Bahwa Hikayat Sejarah Kerajaan-kerajaan dan Sejarah Perjuangan Bangsa di Indonesia termasuk Hikayat Sejarah Kerajaan Banjar dan sejarah perjuangannya Telah ternodai dan didurhakai sebagian ditiadakan serta dirubah,dan Gelar Panggilan Dan Gelar Kebangsawanannya serta nama serta keasli bahasanyanya pun telah dirubahnya oleh oknom Pada Zaman Pemerintah ORDE LAMA dan ORDE BARU.karna kepentingan politiknya.. Nah kiranya itu yang ulun sampaikan dan Ulun banyak-banyak minta ampun dan maaf,minta minta halal,minta ikhlas dan minta ridha dunia akhirat kalau ada kata-kata ulun yang maulah hati wan parasaan Andika Hampian Sabarataan jadi kada nyaman.. Wasalamualaikum wr wb,,

    • Ulun sebenarnya lain sejarawan pang, ya sahibar mengeluarkan uneg-uneg haja karena kd nyaman malihat perlakuan pemerintah daerah terhadap aset-aset sejarah di banua.

      Seolah-olah pejabat daerah saat ini hadir tanpa melalui proses sejarah, sehingga tulisan ini ulun keluarkan agar pimpinan di banua jua perhatian terhadap aset-aset sejarah lokal.

  6. makasih atas informasinya ya………….

  7. makasih atas informasinya ya………..

  8. saya dengan pengembangan sejarah ini..
    Kalau bisa sejarah ini didalam lagi…

  9. terima kasih infonya, ternyata banyak sekali situs2 sejarah di indonesia yang tidak di ketahui banyak orang. semoga negeri kita yang kaya akan peninggalan budaya bersejarah dapat di lestarikan oleh seluruh warga indonesia.

  10. P Zainudin, sumbernya darimana ? bisa dishare? kami juga sedang memikirkan untuk membongkar sejarah sebenarnya Candi Agung dan Laras, bisa jadi umurnya lebih tua dan dibuat oleh Nansarunai yg sebenarnya. Trims.

  11. Kritik
    ini saya tujukan kepada Pemerintah Tapin yang berwenang dimana kurang peka akan sejarahnya sendiri. Sejarah…lagi-lagi sejarah…yang menjadi pembicaraan…tapi itulah suatu realita kenyataan,bahwa orang Tapin (baca=oknum masyarakat,tidak semua orang Tapin) yang berdiri saat ini adalah manusia yang lupa jati diri lupa akan harga diri…semua akan terjawab pada ujung-ujungny duit..UUD. Saya hanya orang biasa terlahir sebagai rakyat biasa..cuman dalam darah ini mengalir darah kebanggan akan sejarah ku.. yakni Pariok- Candi Laras. Walau tak dibesarkan disana saya sangat cinta akan Candi Laras..saya pengen melestarikannya. Saya hanya merasakan emosi masyarakat Tapin khususnya warga Candi Utara -Selatan untuk bicara sejarah akan terkalahkan akan suatu nilai kebutuhan fisik matrealistis. Hanya berpikir tapi tidak berkembang emosinya tak sadar akan asal muasalnya diri pribadinya. Para orang bijak mengatakan kalau ingin maju bercerminlah dari sejarah…karna sejarah pahit manisnya perjalan waktu adalah guru yang berharga untuk melewati masa akan datang. Bagaimana kita mau bercermin kalau sejarah mereka dibuang yang tertinggal hanya kata Candi Laras tak bermakna yang bersiap habis ditelannya waktu. Kayaknya dari pemerintah dan warga pada sebagian besarnya…pasti lupa…dan menjadi Alpha atas sejarahnya tersebut, karena kenapa….ujung-ujung Duit yang tidak membawa keuntungan apapun untuk kalo hanya mengurus sejarah peninggalan nenek moyang mereka. Miris..miris pasti melihat kesemua itu..bagi saya pribadi,saya punya sebuah ide yang bagi saya lucu dan agak konyol..tapi sangat adil…bagaimana kalau kecamatan candi laras utara diganti nama kecamatannya menjadi margasari utara dan candi lrs selatn diganti kecmtn margasari seltn….sekalian aja agar keinginan mereka tercapai untuk melupakan sejarah mereka sendiri. Lambang Tapin dengan bertuliskan ruhui rahayu…bagi saya peribadi tidak melambang Tapin sama sekali hanya memakai produk Kaltim dengan moto yang sama.
    Saran dari saya pribadi
    Moga didengar bagi masyarakat Tapin atau siapa saja yang peduli serta kritis dan cerdas dlm berpikir
    1. Memugar kembali secara maksimal Candi Laras dengan melakukan renovasi artinya termasuk perbaikan,pembuatan jalan, pagar, termasuk pembuatan replika batu Babi.
    Hal lainya tersebut sama seperti halnya Candi Agung-Amuntai.
    2. Membuat musem lokal yang mana isinya berkaitan perwujudan sejarah masyarakat Tapin sejarah dari masa lampau hingga kehidupan sekarang,serta ada pembersihan,pemeliharaan atau perawatan.
    3. Mempromosikan Candi Laras dengan tujuan memperkenalkan pada daerah lain bahkan nasional bahwa Tapin memiliki sejarah besar berkaitan dengan Sriwijaya dan Majapahit yang mana Candi Laras merupakan pendahulu kerajaan Negara Dipa Khuripan yang mana pelopor salah satu cikal bakal dari berdirinya Candi Agung Amuntai, Kerajaan Daha-Nagara HSS, Kerajaan Banjar.
    4. Mengganti logo lambang pemerintah Tapin (mohon maaf agak lancang dan konyol…. tapi ini kan ide serta saran) dengan Logo dan moto baru berkaitan Candi Laras seperti logo Candi Agung amuntai – motonya ” Bumi Larasati” yang berarti bermakna masyarakat Tapin 1 dalm tujuan
    1 visi 1 misi krn laras berati seirama,sepikiran,sepemahaman dlm berbuat dan berbuat menjaga satu kesatuan serta persatuan bangsa dalam bernegara “ati/hati” sejiwa,seiman,satu dlm rasa, satu keinginan dlm mencapai tujuan. Bumi berati “Tanah Tapin” yang tak terkoyak serta ter goyakan oleh masa dan zaman. Larasati berati juga menunjukan seirama dalam jiwa dlm menjaga persatuan serta hidup bersama membangun masyarakat yang kokoh dan madani mampu dalam membangun secara seirama dlm kehidupan ber gotong-royong. Adanya gambar bintang dan bulan mencerninkan warga Tapin percaya kepada Tuhan yang Maha Esa. Ada gambar padi dan kapas sebagai mana tanda kemakmuran bagi masyarakat tapin.
    Gimana Tapin bangeet kan…ayoo Tapin bangkitlah jangan tidurkan sejarahmu karena kita adalah bagian dari sejarah itu….siapa lagi yang bisa menjaga Candi Laras kalau bukan nantiny juga anak cucu kita kelak ajarkan mereka sebuah sejarah mereka sendiri,agar mereka bisa bangga menjadi warga Tapin karna Candi Laras tidak pisah dari sejarah jati diri Tapin .
    Mohon maaf beribu-ribu maaf kalo dari tulisan terdapat nada ketidak sopanan secara etika dan norma karna kembali pada tujuan saya adalah melestarikan dan mengenalkan Tapin pada daerah lain,yang mana didaerah lain pengelolaan aspek sejarahny lebih terkelola…maka Tapin si Bumi Larasati takan pernah kalah keseenteroanya…amin..

  12. Wah saya salut atas tulisan Candi Laras Situs yang Termarginalkan, Semoga ada tanggapan positif dari yang berkuasa untuk memberikan perhatian dan melakukan pembanahan agar tidak hilang ditelan zaman.

    Atas kekaguman itu tulisan Sdr. saya copy paste pada blog saya agar lebih banyak lagi diketahui.

    Untuk diketahui, saat ini saya masih belajar ngeblog. Maaf jika blog saya belum banyak isinya. Sambil ba gagap mancari materinya.

    Terima kasih

  13. Ok saya akan berkunjung. semoga besok hari. terimakasih atas tulisan ini. Salam Antun Joko Susmana

  14. seingat ku, situs candi laras masih lestari pada saat margasari masih bergabung dengan kabupaten hulu sungai selatan. kemudian setelah dibentuk kabupaten tapin sekitar tahun 1960-an, situs ini tidak lagi diperhatikan bupati. mungkin karena picik atau tidak mengerti sejarah yang jelas kampung margasari yang terdiri dari dua kecamatan masing-masing candi laras selatan (letak candi laras) dan kecamatan candi laras utara adalah penopang utama hidupnya kabupaten itu. kepicikan pimpinan daerah itu, juga berimbas kepada originalitas trade mark margasari yang sejak berabad-abad lalu sebagai sentra anyaman rotan, kini hanya tinggal nama seperti nasib situs candi laras. memang sejak awal pembentukan kabupaten, kultur margasari yang jauh lebih santun karena tinggal di sepanjang sungai jauh lebih dekat kekerabatan kulturalnya dengan marabahan dan nagara. mungkin sudah saatnya potensi ini didalami untuk membentuk daerah otonomi baru dan berpisah dengan karakter kultur rantau (pahuluan)

  15. Lestarikan sejarah yg ada di tanah margasari visit Candi Laras

  16. Saya telah berkunjung ke candi laras,pada tanggal 20 april 2016, yang saya temukan:
    1.bentuk candi tidak terlihat seperti gambar yang ada ,namun saya temukan kubangan atau danau kecil.
    Kubangan atau danau kecil terlihat digunakan untuk orang yang berziarah atau maksud tujuan yang magis.
    2.tanah atau endapan yang agak tinggi disamping kubangan atau danau kecil ditemukan pecahan2 bata merah yanh merupakan kontuksi candi laras ,juga ditemukan pecahan gerabah.
    mungkin pecahan2 kecil tersebut berasal dari pengalian oleh arkelogi diwaktu penemuan situs candi laras.
    3.jalan masuk di tepi sungai negara atau margasari tidak ada tanda bahwa ini merupakan akses menuju situs candi laras.
    4.pemerintah daerah dan propensi tidak ada kemajuan dalam memugar atau memelihara situs candi laras.yang ada hanya 2 plang yang menandakan bahwa daerah tersebut merupakan situs purbakala yang dilindungi.dalam hati saya berkata DILINDUNGI ??? Lucu rasanya kalau hanya kata2 atau kalimat yangsekalipun dengan undang2 pemerintah. Hanya kata2 saja tanpa ada tindakan.
    apalagi pemeritah daerah atau propensi untuk memugarnya dengan sungguh2 hah kapan! Sugguh ironis sekali rasanya.

  17. 2 Desember 2016
    saya dan keluarga berkunjung ke candi laras…
    meskipun saya keturunan orang jawa namun istri saya ada kaitan kturunan dari nenek moyang di sana,..
    secara fisik, candi laras sekarang hanya terlihat sebuah danau kecil yang dikelilingi oleh gundukan tanah d sekitarnya, memang sama skali tidak ada terlihat bentuk candi.. namun jika anda percaya dengan hal gaib…!!!
    di sana terdapat sebuah pemerintahan, desa dengan orang-orang yang tampan dan cantik, terdapat pintu gerbang besar, ruangan pertemuan yang luas dan rumah penduduk di sekelilingnya..
    memang tidak masuk akal bagi yang tidak percaya, karna secara fisik hal itu tidak bisa d lihat.. apakah anda percaya???
    terima kasih buat penulis yg sudah perhatian dengan situs peninggalan candi laras, semoga yang jadi penguasa pemerintah sekarang bisa terketuk hatinya dan ikut melestarikan situs purbakala ini.. amin..

  18. Including these two basic approaches there are other
    heightened tips as well about place and pot possibilities.

Tinggalkan Balasan ke Na Batalkan balasan